Hukuman

Pemberian hukuman memang merupakan salah satu alat yang ampuh untuk menegakkan disiplin seseorang, baik di lingkungan keluarga dan perusahaan. Namun terkadang, pemberian hukuman lebih diarahkan pada pelampiasan kekesalan dan dendam pribadi, bukan untuk merubah tingkah laku seseorang dan yang harus digaris bawahi adalah pemberian hukuman seyogyanya tidak mengamputasi motivasi seseorang..."Asyiik choy"...Udah mirip dosen ya...hehehe

Ok..Next...semoga cerita inspiratif dibawah ini bisa membuat kita tahu bagaimana cara memberikan hukuman...karena hukuman yang efektif dan waktu yang tepat akan menghasilkan dampak perubahan tingkah laku yang optimal...

Dikisahkan sepasang suami istri yang sibuk bekerja meninggalkan anaknya yang masih berusia 3 tahun bernama Ita, bersama sang pembantu dirumah. Namanya juga anak-anak yang suka mengeksplorasi diri, Ita pun demikian. Sambil bermain dia mencoret-coret tanah dihalaman dengan lidi, sementara sang pembantunya menjemur kain dekat garasi. puas dengan mencoret tanah, ia menemukan sebuah paku berkarat dan mulai mencoba untuk menggores-gores mobil ayahnya yang berwarna hitam. karena masih baru, mobil tersebut jarang digunakan oleh ayahnya ke kantor. maka penuhlah mobil tersebut dengan coretan gambar Ita.

Begitu ayahnya pulang, dengan bangga Ita memberitahu tentang gambar-gambar yang sudah dibuat di mobil baru ayahnya tersebut. Bukan pujian yang diterimanya, melainkan kemarahan yang sangat besar. Pertama kali yang kena damprat adalah sang pembantu karena dianggap tidak mengawasi Ita dirumah. baru giliran anaknya yang dihukum. Demi mendisiplinkan sang anak, maka si ayah mulai mengajar anaknya, bukan dengan kata-kata tapi dengan pukulan. dipukullah kedua telapak tangan dan punggung tangan anaknya dengan apa saja yang ditemukan disitu. mulai dari mistar, ranting sampai lidi disertai luapan emosi yang tak terkendali.

"ampun, 'yah! sakit...sakit, ampun!" Jerit sang anak yang masih berusia 3 tahun tersebut sambil menahan rasa sakit ditangannya yang sudah mulai berdarah-darah. Si ibu hanya diam saja, seolah-olah merestui tindakan disiplin yang ditegagkan oleh suaminya.

setelah puas menghajar anaknya, si ayah menyuruh pembantu membawa Ita ke kamarnya. dengan hati yang teriris, sang pembantu membawa ita ke kamarnya. Sore hari ketika dimandikan, Ita menjerit-jerit menahan perih. Keesokan harinya tangan Ita mulai membengkak, sementara Ayah dan Ibunya tetap bekerja seperti biasa tanpa ada perhatian sedikitpun terhadap kondisi si anak, bahkan ketika sang pembantu memberitahukan keadaan si Ita, Ibunya hanya mengatakan "oleskan obat saja!".

Hari berganti hari hingga suhu badan Ita Mulai panas karena luka di tangannya sudah terinfeksi. Sang pembantu kembali memberitahukan keaadan si Ita yang mulai panas, tapi jawaban yang sama juga diterimanya dari si Ibu.."Beri saja Obat Penurun Panas!". Hingga suatu malam, suhu badan Ita makin panas, bahkan dia mulai mengigau, sadar akan hal itu mereka bergegas membawa ita ke rumah sakit. beberapa saat setelah dokter memeriksa keadaan Ita, dokter menyimpulkan bahwa demam si anak berasal dari tangannya yang sudah terinfeksi dan mulai membusuk akibat luka-lukanya.

Setelah seminggu diopname kondisi si Ita masih tetap sama, akhirnya sang dokter memanggil kedua orangtuanya dan mengatakan, "Tidak ada pilihan lain...Tangan si Ita Harus segera di AMPUTASI...karena hanya itu cara satu-satunya agar Ita bisa selamat.."

Mendengar berita itu, kedua Orangtua Ita bagai tersambar petir. Dengan airmata yang berurai dan tangan yang gemetat, mereka menandatangani surat persetujuan amputasi tersebut dan oprasi pun dilakukan...Setelah reaksi dari obat bius mulai berkurang si Ita pun mulai sadar, Ita terbangun sambil menahan rasa sakit dan bingung melihat kedua orang tuanya dan si pembatu yang menangis di sampingnya, lebih kaget lagi setelah Ita melihat kedua tangannya yang dibalut dengan kain putih...

Sambil menahan rasa sakit Ita berkata kepada kedua orang tuanya..." Ayah...Ibu...Ita minta Maaf...Ita tidak akan melakukannya lagi...Ita sayang Ayah, Sayang Ibu, dan juga sayang sama bibi...Ita minta ampun karena sudah mencoret-coret mobil ayah!!!.." Si ibu dan ayah semakin menangis mendengar kata-kata Ita tersebut.

"ayah!, tolong kembalikan tangan Ita, untuk apa di ambil...Ita janji tidak akan melakukannya lagi..!!
Ibu..!!!, Ita cuman mau pinjam sebentar saja, Ita mau menyalami Ayah, Ibu dan bibi untuk minta maaf..."


Perasaan menyesal bagi kedua orangtua Ita sudah tidak ada gunanya...

sumber : buku "SETENGAH ISI, SETENGAH KOSONG" Penulis Parlindungan Marpaung...
0 komentar:

Posting Komentar



Komentar Terbaru

Postingan Terbaru

Photobucket

free counters

Pengikut